Tafsir Epistemik Prinsip Perjuangan Kammi
Oleh: Rijalul Imam
Ketua Bidang Kaderisasi
KAMMI Pusat Periode 2006-2008
Dambaan
kita adalah menjadikan negeri Indonesia
ini sebagai negeri yang disebut al-Qur’an: baldatun
thayyibatun wa Rabbun ghafur. Kita menginginkan agar masyarakat kita diatur
Allah dan mendapatkan kemelimpahan berupa kesejahteraan material dan kenikmatan
spiritual. Untuk mendapatkan hal itu semua, sesuai dengan teori perubahan, maka usaha hamba-hamba-Nya untuk mencapai ke sana harus dilakukan terlebih dahulu. Jika
kita berupaya, janji Allah sudah sangat jelas:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
Dalam
mencapai cita-cita besar masyarakat Islami di atas, dibutuhkan sistematika
ideologi yang mengerakkannya secara teratur. Sistematika Ideologi ini adalah
alat bantu untuk membumikan cita-cita besar pada tataran strategis operasional.
Dalam konteks gerakan, KAMMI telah memiliki ideologi sekaligus prinsip yang
menjiwai gerakan di seluruh aktivitas dan kegiatannya. Dari ideologi dan
prinsip gerakan inilah KAMMI meletakkan seluruh aktivitasnya secara teratur dan
terencana. Sejak kelahirannya ideologi dan prinsip ini telah menjiwai budaya
dan metodologi gerakan KAMMI sebelum dirumuskannya. Sehingga dalam konteks
budaya gerakan, konsep karakter gerakannya dapat dirujuk dari ideologi dan
prinsip yang telah dirumuskan sebagai berikut:
1.
Kemenangan Islam adalah
jiwa perjuangan KAMMI
2.
Kebatilan adalah musuh
Abadi KAMMI
3.
Solusi Islam adalah
Tawaran Perjuangan KAMMI
4.
Perbaikan adalah Tradisi
Perjuangan KAMMI
5.
Kepemimpinan Umat adalah
Strategi Perjuangan KAMMI
6.
Persaudaraan adalah Watak
Mu’amalah KAMMI
Jika
dielaborasi lebih jauh, keenam rumusan ideologi dan prinsip gerakan ini dapat
ditinjau dari berbagai sudut dan dapat dijadikan sebagai muara berbagai konsep
gerakannya. Di antaranya ada tiga, yaitu:
1.
kerangka epistemologi
gerakan,
2.
agenda gerakan: internal
dan eksternal, dan
3.
mihwar gerakan.
Pertama, kerangka epistemologi gerakan
Epistemologi gerakan adalah pikiran-pikiran dasar yang
membangun nilai dan sistem kebenaran gerakannya. Kerangka epistemik ini menjadi
landasan utama menjelaskan sesuatu yang yang mendorong KAMMI untuk diam,
bersikap, dan bertindak. Dalam konteks gerakan, sesuatu yang melandasi
pikiran-pikiran dasar itu disebut dengan ideologi. KAMMI dalam perkembangan
sejarahnya telah mengalami perubahan pengistilahan apakah keenam prinsip
gerakan itu ideologi gerakan ataukah prinsip gerakan. Rapat Kerja Nasional
Departemen Kaderisasi di Parung Bogor tanggal 9-15 Agustus 1999, menyebut
rumusan keenam prinsip/ideologi itu sebagai ideologi gerakan, sedangkan di
Muktamar III di Lampung tahun 2002 diganti menjadi prinsip gerakan. Terlepas
dari mana yang tepat di antara keduanya, yang jelas kedua-duanya dapat disebut
ideologi sekaligus prinsip gerakan.
Menurut Paul Ricoer ideologi adalah satu sistem
penjelasan terhadap eksistensi satu kelompok sosial, sejarahnya dan proyeksinya
ke masa depan. Jika mengikuti pengertian yang diberikan Ricoer mengenai
ideologi, akan nampak enam rumusan prinsip gerakan tersebut dapat dikategorikan
sebagai ideologi gerakan yang sudah sistematis dan dapat menjadi alat penjelas
KAMMI sebagai kelompok sosial tertentu dengan cita-cita dan ciri kekhasannya.
Tetapi jika pengertian ideologi yang dimaksud itu mengacu pada kerangka umum
yang didefinisikan Microsoft Encarta Encylopedia (2003) sebagai suatu
sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai dan ide-ide yang diorganisasi secara
rapi sebagai basis filsafat, sains, program sosial ekonomi politik yang menjadi
pandangan hidup, aturan berpikir, merasa, dan bertindak individu atau kelompok,
akan didapati makna yang lebih luas, tidak sekedar ideologi melainkan juga
prinsip dan sistem kehidupannya.
Gerakan mahasiswa dalam perjuangannya membutuhkan alat
penjelas yang menempatkan posisi dan sikapnya dalam realitas politik tertentu.
Dan ideologi dapat membantu memberikan interpretasi terhadap satu peristiwa
politik. Sebenarnya rumusan ideologi KAMMI yang sudah dirumuskan dalam Rapat
Kerja Nasional Departemen Kaderisasi tahun 1999 itu merupakan rumusan sistematis
dan aras utama yang membentuk karakter dan kultur gerakan KAMMI yang sejak awal
mula didirikannya. Memang jika merujuk pada beberapa definisi yang ditawarkan
beberapa kamus, terdapat perbedaan tipis antara prinsip dan ideologi. Prinsip
adalah asas, pokok, penting, fundamen, dan aturan hidup. Sedangkan ideologi
dipakai untuk menunjukkan kelompok ide-ide yang teratur menangani
bermacam-macam masalah politik, ekonomi dan sosial; asas haluan dan pandangan
hidup. Namun jika mengamati arus besar perubahan sosial di dunia ini, mereka
digerakan oleh ideologi-ideologi dunia. Pada kenyataannya, prinsip itulah
turunan dari ideologi tersebut.
Berangkat dari pemikiran di atas, sebagai sebuah bangunan
epistemologi gerakan, rumusan prinsip gerakan tersebut nampaknya perlu diangkat
kembali menjadi ideologi KAMMI. Gagasan ini bukan berangkat dari pengertian
kaum materialis—yang diwakili Destutt de Tracy sebagai pemikir Perancis
yang pertama kali menggunakan istilah ideologi dalam bukunya Elements
d’ideologie (1827) yang hidup semasa Napoleon Bonaparte—terhadap ideologi.
Ideologi diposisikan vis a vis dengan gagasan teologis. De Tracy yang
berkarakter positivistik meyakini ideologi sebagai kebenaran di luar otoritas
agama.
KAMMI meyakini Islam sebagai segalanya, maka ideologinya
tidaklah sekuralistik positivistik keduniawian. Seorang aktivis Islam tidak
sekedar memiliki visi kekini-di-sinian, melainkan kekini-di-sinian dan
pertanggungjawaban transendental. Dengan bahasa lain seorang muslim tidak
memandang realitas kehidupan hanya dalam perspektif hic et nunc (here
and now) yang bersifat profan, tetapi dalam visi hic et posthac (here
and afterday) yang bersifat profan sekaligus sacred. Oleh karena itu
seorang muslim dalam memandang realitas kehidupan tidak cukup akurat jika hanya
berdasarkan fenomena sosial politik masyarakat, tetapi memerlukan juga realitas
ajaran Islam yang menjadi anutannya. Maka ideologi KAMMI adalah turunan dari
aqidah Islam dan ideologi adalah rumusan sistematis yang dirancang sebagai
pilihan gerakan dalam mencapai tujuan besar Islam dalam kehidupan sosial
politik umat manusia.
Mengutip pendapat Andi Rahmat, kehendak
untuk menempatkan diri secara signifikan dalam setiap peristiwa politik dalam
kerangka perubahan menunjukkan kebutuhan yang mendasar terhadap satu ideologi
politik yang kuat. Bagi mahasiswa, ideologi tidak hanya sekedar berfungsi untuk
memperkuat identitas dan aksi-aksi politiknya, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberi bentuk terhadap identitas dan aksi-aksi
politik tersebut. Sebaliknya pengabaian terhadap keberadaan ideologi politik
bagi mahasiswa menempatkannya pada posisi serba salah dan mudah sekali terjebak
dalam perilaku-perilaku pragmatis dan tidak konsisten.
Tabel di bawah ini dapat membantu penjelasan ideologi
gerakan dalam bangunan dakwah, kerangka epistemologi, dan sistematika
gerakannya.
Kerangka Dakwah
|
Kerangka Epistemik
|
Prinsip Gerakan
|
Sistematika Gerakan
|
Mabda’
|
Worldview
|
Kemenangan
Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
|
Pandangan Hidup KAMMI
|
Kebatilan
adalah musuh Abadi KAMMI
|
|||
Fikrah
|
Paradigma
|
Solusi
Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI
|
Framework dan Konsepsi Tawaran Perubahan KAMMI
|
Manhaj
|
Metodologi
|
Perbaikan
adalah Tradisi Perjuangan KAMM
|
Pilihan Isu strategis dan Sikap Gerakan KAMMI
|
Kepemimpinan
Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI
|
|||
Persaudaraan
adalah Watak Mu’amalah KAMMI
|
Pengkategorian ini dilakukan untuk mempermudah memahami
penjelasan kerangka bangun integralitas ideolgi gerakan dan metodologi
gerakannya. Mabda’ adalah dasar atau asas-asas yang menjadi landasan
rasionalitas dan semangat perjuangan KAMMI. Fikrah adalah cita-cita dan tawaran
pemikiran yang diajukan KAMMI dalam upaya perbaikan. Sedangkan manhaj
adalah pilihan metode dalam upaya pencapaian cita-cita yang sudah digariskan.
Dengan demikian ideologi KAMMI secara komprehensif mencakup worldview (pandangan hidup), paradigma
(kerangka berpikir), dan metodologi menjalankan gerakannya.
Secara singkat dapat dinyatakan, bahwa pandangan hidup
KAMMI adalah memenangkan nilai-nilai Islam dan menggagalkan nilai-nilai yang
merusaknya. KAMMI dalam perjuangannya tidak menawarkan paradigma liberal,
melainkan paradigma Islam yang syamil
mutakamil (universal dan integral). Dalam menjalankan roda gerakannya pun
KAMMI lebih mengutamakan perbaikan daripada anarkisme, kepemimpinan dan
keterlibatan di berbagai hal bukan acuh terhadap problematika, dan membangun
persaudaraan yang dapat menciptakan kesadaran bersama demi hadirnya kebaikan
bersama (rahmatan lil’alamin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar