KAMMI

KAMMI
KOMISARIAT UNSWAGATI CIREBON

Jumat, 11 Juli 2014

Tafsir Epistemik Prinsip Perjuangan Kammi IV



Kerangka Mihwar Gerakan KAMMI
Prinsip Gerakan
Makna Transformatif
Mihwar Gerakan
Waktu
Agenda Gerakan
Kemenangan Islam
Kehadiran KAMMI tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dakwah kampus yang kemudian melembaga menjadi LDK, saat-saat itu para pendiri KAMMI cukup kenyang mendapatkan tarbiyah Islamiyah dari mata airnya yang jernih tanpa disibukkan dengan hiruk pikuk sosial politik Orde Baru yang hegemonik, sebab masjid dan kampus menjadi ruang nyaman bagi aktivis dakwah kampus untuk pembinaan ideologi keyakinan akan kemenangan Islam, yang kemudian akan menggantikan keyakinan dan ideologi negera sekalipun.
Ideologisasi
’80 – ‘98
Internalisasi Islam sebagai peradaban dan jiwa kepribadian individu-individu kader yang tertarbiyah dengan sehat
Lawan Kebatilan
Krisis multidimensi yang menerpa Indonesia, berujung pada tuntutan penggulingan rezim yang telah berkuasa selama 32 tahun. Masa-masa ini dijadikan momentum untuk melakukan unjuk kekuatan umat, bahwa Islam adalah alternatif atas kebobrokan yang ada oleh karena itu segala kebatilan harus dilawan. Masa-masa ini disebut sebagai masa transisi demokrasi.
Resistensi
’98 – ‘04
Pelembagaan politik para ADK dalam bentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dan menggulirkan isu-isu reformasi untuk menentang kebijakan yang pro status quo, intervensi asing, dan tidak berpihak pada rakyat hingga rakyat mendapatkan pilihan sadarnya sendiri
Solusi Islam
Pemilu 2004 menjadi titik tolak masa transisi demokrasi ke masa demokratisasi. Di masa ini rakyat Indonesia ditantang untuk mereformulasi seluruh landasan kebijakan negaranya agar lebih demokratis dan berkeadilan. Adalah tantangan bagi Umat Islam untuk memberikan tawaran-tawaran konsepsional strategis dalam memecahkan persoalan bangsa agar Indonesia benar-benar menjadi Indonesia Baru dengan wajahnya yang Islami.
Rekonsepsi dan Reformulasi
’04 – ‘09
Masa lima tahun ini sangat tepat dijadikan KAMMI sebagai masa inkubasi kader. Gerakan dengan format action cenderung memiliki karakter reaktif. Sebagai gerakan peradaban dibutuhkan karakter gerakan yang matang dalam bersikap. Di tengah bangsa yang membutuhkan solusi-solusi strategis, maka KAMMI harus berperan aktif dalam menggali dan mendesak konsep-konsep Islam yang menjadi solusi atas persoalan bangsa dan Negara
Perbaikan
Perbaikan dalam kacamata mihwar gerakan harus bersifat aplikatif. Hal ini dapat diterjemahkan dengan cara bagaimana agar konsepsi-konsepsi Islam yang telah digali itu dapat dimasyarakatkan dan didukung oleh masyarakat, terutama masyarakat berbasis kompetensi. Makna lain, adalah bagaimana konsepsi-konsepsi itu dapat didesak dan dijadikan landasan kebijakan Negara dalam proyek perbaikan masyarakat dan Negara.
Rekonstruksi
’09 – ‘14
Masa ini adalah era di mana alumni pengurus dan kader-kader KAMMI sudah mulai banyak. Maka pengorganisasian mereka menjadi sangat penting agar spirit perjuangan selalu berkesinambungan. Keberadaan mereka dalam hal ini dirancang lebih strategis, sebab proyek perbaikan harus dilakukan dengan penyiapan sumber daya yang lengkap di berbagai sector strategis dan dapat melakukan perbaikan-perbaikan baik di tataran konsep maupun praktisnya ketika menjalankan proyek perbaikan ini di tengah-tengah umat
Kepemimpinan Umat
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, maka hal itu menjadi akumulasi meningkatnya valensi (kapasitas) bagi umat Islam untuk meraih kekuatan-kekuatannya di berbagai bidang. Umat di masa-masa ini harus leading di berbagai sektor, oleh karena itu mereka harus saling mendukung atas berbagai proyek kebaikannya. Mereka juga harus terlatih dalam persemaian kepemimpinan ummat agar nilai-nilai Islam seperti syura dan ukhuwah menjadi panduan yang kuat.
Negarawan
’14 – ‘19
Masa-masa ini dapat dikatakan sebagai masa mughalabah (pemenangan) yang sangat menentukan. Sebab di masa inilah realisasi jihad secara utuh diaplikasikan secara komprehensif, terpadu, dan holistic. Oleh karena itu kader-kader KAMMI harus menyiapkan dirinya untuk memimpin umat di berbagai lini baik di kampus, masyarakat maupun Negara
Persaudaraan
Persaudaraan bagi Islam setidaknya dimaknai dalam lima hal: ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah nabatiyah, ukhuwah hayawaniyah, dan ukhuwah Islamiyah itu sendiri. Jika umat Islam telah memahaminya dengan baik dan dapat mengoperasionalkannya dengan baik dengan daya dukung yang kuat, maka saat-saat ini umat Islam Indonesia harus merealisasikan ukhuwah ‘alamiyah membebaskan negeri-negeri Islam lainnya yang masih terjajah.
‘Alami
’19 – ‘24
Jika Allah menakdirkan perjalanan dakwah ini berjalan dengan baik dan mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat, maka kemenangan Islam akan terealisasikan dengan sempurna. Jika hal itu yang terjadi, maka masa-masa ini bisa disebut sebagai tamkin (kejayaan). Untuk merealisasikan masa ini kader2 harus mengglobalkan dirinya di kancah internasional
Prinsip-prinsip Memahami Mihwar Gerakan

Pertama, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi esok
Mihwar gerakan yang dirancang KAMMI adalah bentuk perencanaan strategis pengembangan gerakan dengan melakukan prediksi-prediksi masa depan sesuai dengan kapasitas organisasi yang dimilikinya. Allah berfirman, “tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi esok hari” (QS. Lukman: 34). Ayat ini menjelaskan bahwa perencanaan apapun mengenai masa depan bersifat nisbi, bukan mutlak, yang mutlak hanyalah Allah. Sehingga kita mamahami mihwar KAMMI ini dalam kerangka yang dialekstis. Sebab perencanaan itu pada implementasinya di lapangan akan mengalami proses analisa kondisi, perhitungan resiko, pertimbangan-pertimbangan, kesepakatan-kesepakatan, negosiasi, dan perubahan-perubahan.

Kedua, keyakinan adanya sunnah pergiliran peradaban
Allah telah menjanjikan bahwa kaum beriman dan beramal shaleh akan mendapatkan kejayaannya kembali setelah dipergilirkan masa-masa kejayaan itu pada peradaban manusia lainnya. “… dan masa (Kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS. Ali Imran: 140). Namun keyakinan ini tidaklah akan mewujud nyata pada peradaban Islam kontemporer jika umatnya sendiri tidak memenuhi persyaratan-persayatan yang dibutuhkan dalam memenangkan kompetisi peradaban. Maka kerja-kerja yang signifikan setelah dilakukan perencanaan adalah memenuhi persyaratan-persyaratan itu dan sekaligus meningkatkan kapasitas diri dan supporting system-nya.

Ketiga, keyakinan adanya sunnah pergantian masyarakat
Dalam konteks mikro al-Qur’an banyak mengungkapkan fenomena di masa lalu yang kemudian akan menjadi ibrah di masa mendatang dengan akan terjadi pergantian penghuni negeri. Mungkin regenerasi adalah suatu hal yang natural bagi masyarakat dan peradabannya. Namun jika merujuk pada ayat ini: “… dan jika kamu berpaling, Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QS. Muhammad: 38) kita akan meyakini bahwa masyarakat yang lebih baik akan lahir, dengan izin Allah, menggantikan masyarakat sebelumnya. Tetapi juga ayat ini mengisyaratkan, sesungguhnya proses pergantian masyarakat itu sangat tergantung pada kualitas keimanan dan keshalihan kita sendiri, apakah kita adalah generasi yang akan menggantikan masyarakat sebelumnya ataukah justru kita yang digantikan Allah. Hal ini semua ditimbang dalam sebuah ketentuan dan batas-batas bahwa, pergantian itu terjadi jika kita dan masyarakat kita berpaling dari Allah.


Keempat, perubahan itu harus dari diri masyarakat terlebih dahulu
Melakukan perubahan sosial tidak bisa selesai dengan menunggu burung ababil yang dikirim Allah untuk menyelamatkan masyarakat dari serangan luar dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan perbaikan-perbaikan. Masa-masa keajaiban itu bersifat ghaib dan kita menyerahkannya pada Allah. Dalam alam pikiran rasionalitas kita, secara logis Allah menegaskan sebuah hukum alam (sunnatullah) bahwa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sebuah kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’ad: 11). Ayat ini dengan jelas menuntut segala potensi yang kita miliki untuk melakukan perubahan, jika kita telah bergerak maka Allah pun akan membantu perubahan itu.

Kelima, perubahan itu harus direncanakan
Ketidaktahuan kita akan esok hari, bukan berarti kita tidak boleh melakukan perencanaan masa depan kita. Justru dalam memenangkan kompetisi kehidupan dibutuhkan perencanaan yang matang. Perencanaan adalah bagian pertama dalam amal. Dengan merencanakan maka kita mendapat panduan dan gambaran arah ke mana kita bergerak. Allah menginformasikan, “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuinya.” (QS. Al-Insyiqaq: 6). Lafadz “kadihun-kadhan” berarti kerja keras yang memiliki nilai expert, yakni kerja yang sungguh-sungguh luar biasa. Kerja ekstra itu ditujukan untuk menemui Realitas Obyektif, Allah swt. Pekerjaan itu sendiri adalah kerja-kerja ‘ubudiyah dan khilafah, dan keduanya menuntut implementasi yang terencana. Dalam proses perencanaan ini pun harus kita sandarkan pada ketakwaan kita pada Allah. (QS. Al-Hasyr: 18)

Keenam, perubahan itu bertahap dan kontinue
Perlu diingat bahwa perencanaan itu tidak serta merta dapat diimplemetasikan dengan tidak melihat realitas di lapangan. Di lapangan akan kita temukan orang-orang yang berbeda dalam memahami sesuatu. Proses memberikan pemahaman itu pun terkadang harus disampaikan secara bertahap sesuai logika yang dapat dicerna oleh kader pada saat itu. Dalam logika struktur gerakan, masing-masing daerah memiliki prioritas-prioritas dalam menyelesaikan masalahnya. Maka pada tataran level organisasi, sebuah rencana akan mengalami penyesuaian-penyesuaian dan penerjemahan-penerjemahan mulai dari nilai-nilai idealismenya, gagasan dan ide konsepsionalnya, serta program-program strategisnya, hingga operasional teknisnya. Bahkan dalam tahap perubahan itu sendiri dibutuhkan kepekaan dan kearifan lokal, sebab sudah menjadi kebijakan Allah bahwa masing-masing memiliki kondisi yang berbeda dan pemahaman yang berjenjang. “pasti kamu akan melewati tingkatan demi tingkatan” (QS. Al-Insyiqaq: 19). Maka sosialisasi sebuah ide dan gagasan harus dilakukan sebaik mungkin, sebab di interaksi dengan komunitas masyarakat yang homogen lebih mudah daripada masyarakat yang heterogen. Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa fase-fase perjuangan itu harus bersifat kontinyuitas. Tahap yang satu menjadi fondasi bagi tahap setelahnya. Begitu juga sebaliknya, tahap yang satu itu adalah prolog bagi tahap pengembangan berikutnya.

Ketujuh, momen-momen kemenangan itu melibatkan Allah
Banyak al-Qur’an mengungkapkan bahwa di momen-momen perjuangan dan kemenangan itu Allah selalu terlibat. Dalam surah al-Anfal ayat 17 dijelaskan bahwa, “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Maka selalulah berpegang teguh pada tali Allah dan tidak berbangga diri, sebab ketentun Allah lebih besar dari perencanaan yang kita buat sebagus apapun design-nya.

Kedelapan, bekerjalah di medan amal
Pada akhirnya sebuah rencana bagaimana pun juga hanya akan menjadi goretan hitam di atas putih jika tidak diamalkan. Maka mengaplikasikan rencana itu adalah bagian dari proses penyelamatan umat dan pencapaian cita-cita Islam. Dalam kondisi apapun dan di manapun kita berada, maka bekerjalah secara proporsional dan manhaji. Beramal bukan berarti menunggu orang lain menyoroti kita terlebih dahulu, tapi beramallah seikhlasnya. Dengan beramal akan tercapai keberkahan, sebaliknya, Allah memperingatkan kita, melalui ayat ini, “Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang tiada kamu kerjakan.” (QS.Ash-Shaff: 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar