Kerangka Mihwar Gerakan KAMMI
Prinsip Gerakan
|
Makna Transformatif
|
Mihwar Gerakan
|
Waktu
|
Agenda Gerakan
|
Kemenangan Islam
|
Kehadiran KAMMI
tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dakwah kampus yang kemudian melembaga
menjadi LDK, saat-saat itu para pendiri KAMMI cukup kenyang mendapatkan
tarbiyah Islamiyah dari mata airnya yang jernih tanpa disibukkan dengan hiruk
pikuk sosial politik Orde Baru yang hegemonik, sebab masjid dan kampus
menjadi ruang nyaman bagi aktivis dakwah kampus untuk pembinaan ideologi
keyakinan akan kemenangan Islam, yang kemudian akan menggantikan keyakinan
dan ideologi negera sekalipun.
|
Ideologisasi
|
’80 – ‘98
|
Internalisasi Islam sebagai peradaban dan jiwa
kepribadian individu-individu kader yang tertarbiyah dengan sehat
|
Lawan Kebatilan
|
Krisis multidimensi
yang menerpa Indonesia,
berujung pada tuntutan penggulingan rezim yang telah berkuasa selama 32
tahun. Masa-masa ini dijadikan momentum untuk melakukan unjuk kekuatan umat,
bahwa Islam adalah alternatif atas kebobrokan yang ada oleh karena itu segala
kebatilan harus dilawan. Masa-masa ini disebut sebagai masa transisi
demokrasi.
|
Resistensi
|
’98 – ‘04
|
Pelembagaan politik para ADK dalam bentuk Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dan menggulirkan isu-isu reformasi untuk
menentang kebijakan yang pro status quo, intervensi asing, dan tidak berpihak
pada rakyat hingga rakyat mendapatkan pilihan sadarnya sendiri
|
Solusi Islam
|
Pemilu 2004 menjadi
titik tolak masa transisi demokrasi ke masa demokratisasi. Di masa ini rakyat
Indonesia
ditantang untuk mereformulasi seluruh landasan kebijakan negaranya agar lebih
demokratis dan berkeadilan. Adalah tantangan bagi Umat Islam untuk memberikan
tawaran-tawaran konsepsional strategis dalam memecahkan persoalan bangsa agar
Indonesia
benar-benar menjadi Indonesia Baru dengan wajahnya yang Islami.
|
Rekonsepsi dan Reformulasi
|
’04 – ‘09
|
Masa lima
tahun ini sangat tepat dijadikan KAMMI sebagai masa inkubasi kader. Gerakan
dengan format action cenderung
memiliki karakter reaktif. Sebagai gerakan peradaban dibutuhkan karakter
gerakan yang matang dalam bersikap. Di tengah bangsa yang membutuhkan
solusi-solusi strategis, maka KAMMI harus berperan aktif dalam menggali dan
mendesak konsep-konsep Islam yang menjadi solusi atas persoalan bangsa dan
Negara
|
Perbaikan
|
Perbaikan dalam
kacamata mihwar gerakan harus bersifat aplikatif. Hal ini dapat diterjemahkan
dengan cara bagaimana agar konsepsi-konsepsi Islam yang telah digali itu
dapat dimasyarakatkan dan didukung oleh masyarakat, terutama masyarakat
berbasis kompetensi. Makna lain, adalah bagaimana konsepsi-konsepsi itu dapat
didesak dan dijadikan landasan kebijakan Negara dalam proyek perbaikan
masyarakat dan Negara.
|
Rekonstruksi
|
’09 – ‘14
|
Masa ini adalah era di mana alumni pengurus dan
kader-kader KAMMI sudah mulai banyak. Maka pengorganisasian mereka menjadi
sangat penting agar spirit perjuangan selalu berkesinambungan. Keberadaan
mereka dalam hal ini dirancang lebih strategis, sebab proyek perbaikan harus
dilakukan dengan penyiapan sumber daya yang lengkap di berbagai sector
strategis dan dapat melakukan perbaikan-perbaikan baik di tataran konsep
maupun praktisnya ketika menjalankan proyek perbaikan ini di tengah-tengah
umat
|
Kepemimpinan Umat
|
Seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, maka hal itu menjadi akumulasi
meningkatnya valensi (kapasitas) bagi umat Islam untuk meraih
kekuatan-kekuatannya di berbagai bidang. Umat di masa-masa ini harus leading di berbagai sektor, oleh
karena itu mereka harus saling mendukung atas berbagai proyek kebaikannya.
Mereka juga harus terlatih dalam persemaian kepemimpinan ummat agar
nilai-nilai Islam seperti syura dan ukhuwah menjadi panduan yang kuat.
|
Negarawan
|
’14 – ‘19
|
Masa-masa ini dapat dikatakan sebagai masa mughalabah (pemenangan) yang sangat
menentukan. Sebab di masa inilah realisasi jihad secara utuh diaplikasikan
secara komprehensif, terpadu, dan holistic. Oleh karena itu kader-kader KAMMI
harus menyiapkan dirinya untuk memimpin umat di berbagai lini baik di kampus,
masyarakat maupun Negara
|
Persaudaraan
|
Persaudaraan bagi
Islam setidaknya dimaknai dalam lima
hal: ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah nabatiyah, ukhuwah
hayawaniyah, dan ukhuwah Islamiyah itu sendiri. Jika umat Islam telah
memahaminya dengan baik dan dapat mengoperasionalkannya dengan baik dengan
daya dukung yang kuat, maka saat-saat ini umat Islam Indonesia harus merealisasikan ukhuwah ‘alamiyah membebaskan
negeri-negeri Islam lainnya yang masih terjajah.
|
‘Alami
|
’19 – ‘24
|
Jika Allah menakdirkan perjalanan dakwah ini
berjalan dengan baik dan mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat, maka
kemenangan Islam akan terealisasikan dengan sempurna. Jika hal itu yang
terjadi, maka masa-masa ini bisa disebut sebagai tamkin (kejayaan). Untuk merealisasikan masa ini kader2 harus
mengglobalkan dirinya di kancah internasional
|
Prinsip-prinsip Memahami Mihwar Gerakan
Pertama, tidak ada seorang
pun yang tahu apa yang akan terjadi esok
Mihwar gerakan yang
dirancang KAMMI adalah bentuk perencanaan strategis pengembangan gerakan dengan
melakukan prediksi-prediksi masa depan sesuai dengan kapasitas organisasi yang
dimilikinya. Allah berfirman, “tidak ada
seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi esok hari” (QS. Lukman: 34).
Ayat ini menjelaskan bahwa perencanaan apapun mengenai masa depan bersifat
nisbi, bukan mutlak, yang mutlak hanyalah Allah. Sehingga kita mamahami mihwar
KAMMI ini dalam kerangka yang dialekstis. Sebab perencanaan itu pada implementasinya
di lapangan akan mengalami proses analisa kondisi, perhitungan resiko,
pertimbangan-pertimbangan, kesepakatan-kesepakatan, negosiasi, dan
perubahan-perubahan.
Kedua, keyakinan adanya
sunnah pergiliran peradaban
Allah telah menjanjikan
bahwa kaum beriman dan beramal shaleh akan mendapatkan kejayaannya kembali
setelah dipergilirkan masa-masa kejayaan itu pada peradaban manusia lainnya. “… dan masa (Kejayaan dan kehancuran) itu
Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS.
Ali Imran: 140). Namun keyakinan ini tidaklah akan mewujud nyata pada peradaban
Islam kontemporer jika umatnya sendiri tidak memenuhi persyaratan-persayatan
yang dibutuhkan dalam memenangkan kompetisi peradaban. Maka kerja-kerja yang
signifikan setelah dilakukan perencanaan adalah memenuhi
persyaratan-persyaratan itu dan sekaligus meningkatkan kapasitas diri dan supporting system-nya.
Ketiga, keyakinan adanya
sunnah pergantian masyarakat
Dalam konteks mikro
al-Qur’an banyak mengungkapkan fenomena di masa lalu yang kemudian akan menjadi
ibrah di masa mendatang dengan akan terjadi pergantian penghuni negeri. Mungkin
regenerasi adalah suatu hal yang natural bagi masyarakat dan peradabannya.
Namun jika merujuk pada ayat ini: “… dan
jika kamu berpaling, Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan
mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QS. Muhammad: 38) kita akan
meyakini bahwa masyarakat yang lebih baik akan lahir, dengan izin Allah,
menggantikan masyarakat sebelumnya. Tetapi juga ayat ini mengisyaratkan,
sesungguhnya proses pergantian masyarakat itu sangat tergantung pada kualitas
keimanan dan keshalihan kita sendiri, apakah kita adalah generasi yang akan
menggantikan masyarakat sebelumnya ataukah justru kita yang digantikan Allah.
Hal ini semua ditimbang dalam sebuah ketentuan dan batas-batas bahwa,
pergantian itu terjadi jika kita dan masyarakat kita berpaling dari Allah.
Keempat, perubahan itu
harus dari diri masyarakat terlebih dahulu
Melakukan perubahan sosial
tidak bisa selesai dengan menunggu burung ababil yang dikirim Allah untuk
menyelamatkan masyarakat dari serangan luar dan hanya berpangku tangan tanpa
melakukan perbaikan-perbaikan. Masa-masa keajaiban itu bersifat ghaib dan kita
menyerahkannya pada Allah. Dalam alam pikiran rasionalitas kita, secara logis
Allah menegaskan sebuah hukum alam (sunnatullah)
bahwa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sebuah kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.” (QS. Ar-Ra’ad: 11). Ayat ini dengan jelas menuntut segala potensi
yang kita miliki untuk melakukan perubahan, jika kita telah bergerak maka Allah
pun akan membantu perubahan itu.
Kelima, perubahan itu
harus direncanakan
Ketidaktahuan kita akan
esok hari, bukan berarti kita tidak boleh melakukan perencanaan masa depan
kita. Justru dalam memenangkan kompetisi kehidupan dibutuhkan perencanaan yang
matang. Perencanaan adalah bagian pertama dalam amal. Dengan merencanakan maka
kita mendapat panduan dan gambaran arah ke mana kita bergerak. Allah
menginformasikan, “Hai manusia,
sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka
pasti kamu akan menemuinya.” (QS. Al-Insyiqaq: 6). Lafadz “kadihun-kadhan”
berarti kerja keras yang memiliki nilai expert,
yakni kerja yang sungguh-sungguh luar biasa. Kerja ekstra itu ditujukan untuk
menemui Realitas Obyektif, Allah swt. Pekerjaan itu sendiri adalah kerja-kerja ‘ubudiyah dan khilafah, dan keduanya menuntut implementasi yang terencana. Dalam
proses perencanaan ini pun harus kita sandarkan pada ketakwaan kita pada Allah.
(QS. Al-Hasyr: 18)
Keenam, perubahan itu
bertahap dan kontinue
Perlu diingat bahwa
perencanaan itu tidak serta merta dapat diimplemetasikan dengan tidak melihat
realitas di lapangan. Di lapangan akan kita temukan orang-orang yang berbeda dalam
memahami sesuatu. Proses memberikan pemahaman itu pun terkadang harus
disampaikan secara bertahap sesuai logika yang dapat dicerna oleh kader pada
saat itu. Dalam logika struktur gerakan, masing-masing daerah memiliki
prioritas-prioritas dalam menyelesaikan masalahnya. Maka pada tataran level
organisasi, sebuah rencana akan mengalami penyesuaian-penyesuaian dan
penerjemahan-penerjemahan mulai dari nilai-nilai idealismenya, gagasan dan ide
konsepsionalnya, serta program-program strategisnya, hingga operasional
teknisnya. Bahkan dalam tahap perubahan itu sendiri dibutuhkan kepekaan dan
kearifan lokal, sebab sudah menjadi kebijakan Allah bahwa masing-masing
memiliki kondisi yang berbeda dan pemahaman yang berjenjang. “pasti kamu akan melewati tingkatan demi
tingkatan” (QS. Al-Insyiqaq: 19). Maka sosialisasi sebuah ide dan gagasan
harus dilakukan sebaik mungkin, sebab di interaksi dengan komunitas masyarakat
yang homogen lebih mudah daripada masyarakat yang heterogen. Ayat di atas juga
mengisyaratkan bahwa fase-fase perjuangan itu harus bersifat kontinyuitas.
Tahap yang satu menjadi fondasi bagi tahap setelahnya. Begitu juga sebaliknya,
tahap yang satu itu adalah prolog bagi tahap pengembangan berikutnya.
Ketujuh, momen-momen
kemenangan itu melibatkan Allah
Banyak al-Qur’an
mengungkapkan bahwa di momen-momen perjuangan dan kemenangan itu Allah selalu
terlibat. Dalam surah al-Anfal ayat 17 dijelaskan bahwa, “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin,
dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” Maka selalulah berpegang teguh pada tali Allah dan tidak
berbangga diri, sebab ketentun Allah lebih besar dari perencanaan yang kita
buat sebagus apapun design-nya.
Kedelapan, bekerjalah di medan amal
Pada akhirnya sebuah
rencana bagaimana pun juga hanya akan menjadi goretan hitam di atas putih jika
tidak diamalkan. Maka mengaplikasikan rencana itu adalah bagian dari proses
penyelamatan umat dan pencapaian cita-cita Islam. Dalam kondisi apapun dan di
manapun kita berada, maka bekerjalah secara proporsional dan manhaji. Beramal
bukan berarti menunggu orang lain menyoroti kita terlebih dahulu, tapi
beramallah seikhlasnya. Dengan beramal akan tercapai keberkahan, sebaliknya,
Allah memperingatkan kita, melalui ayat ini, “Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang
tiada kamu kerjakan.” (QS.Ash-Shaff: 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar